Dalam waktu empat tahun ke depan, waktu tempuh antara Jakarta dan Bandung akan semakin singkat. Setelah sebelumnya ada jalan Tol Cipularang yang membuat perjalanan dari Jakarta ke Bandung hanya memakan waktu dua jam saja, warga kedua kota itu kini bersiap-siap dengan akan dibangunnya megaproyek kereta api cepat Jakarta- Bandung. Bila kereta api cepat itu sudah beroperasi, maka jarak antara Jakarta dan Bandung akan terasa lebih pendek lagi karena waktu yang dibutuhkan hanya 45 menit dengan kecepatan 350 km/jam!
Menurut Direktur Utama Kereta Cepat Indonesia-Cina, Hanggoro, Selasa (24/11/2015), proyek ini akan selesai dalam waktu tiga tahun sejak groundbreaking atau peletakan batu pertama pada triwulan kedua tahun 2016.
"Butuh tiga tahun untuk menyelesaikan pembangunannya. Makanya kita sangat mengharapkan dukungan gubernur (Jawa Barat). Karena tanpa dukungan gubernur ini akan sulit terlaksana," ungkapnya.
Ia bersyukur karena Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan sangat mendukung pembangunan megaproyek kereta api cepat ini. "Dengan demikian, pembangunan untuk koridor Jakarta-Bandung akan lebih berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat," katanya.
Untuk mengerjakan proyek ini, empat BUMN bergabung membentuk PT Pilar Sinergi BUMN. Keempatnya adalah PT Wijaya Karya, Tbk., PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Perkebunan Nusantara VIII, dan Jasa Marga. Konsorsium BUMN ini nantinya akan berkongsi lagi dengan perusahaan dari Tiongkok, China Railway Corporation Co.Ltd.
Investasi yang akan digelontorkan diperkirakan sekitar US$ 5,5 miliar. Dari jumlah berdasarkan hasil pra-feseability study (studi kelayakan), 75% ditanggung China Development Bank, sisanya 25% dari ekuitas konsorsium BUMN.
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum proyek besar ini dimulai. Antara lain membuat analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) yang ditargetkan selesai sebelum groundbreaking.
"Amdal sedang diproses di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, termasuk perda-perda terkait dengan Jabar dan DKI, sedang dalam proses persiapan," ungkap Hanggoro.
Setelah itu, proses yang harus ditempuh adalah meminta persetujuan trase koridor kepada Menteri Perhubungan atas rekomendasi gubernur.
"Trasenya dari Gedebage melalui lingkar selatan tol, sampai ke Padalarang, Walini, kemudian sepanjang tol ke arah Jatiluhur, Karawang, dan masuk ke pinggir tol menuju Halim. Sebagian besar memanfaatkan pinggir tol," jelasnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan mengatakan, proyek ini 90% berada di wilayah Jawa Barat, dan hanya 10% di DKI Jakarta. Karena itu, pihaknya sangat berkepentingan untuk mempercepat proyek ini, salah satunya dengan merekomendasikan trase yang akan dilalui kepada Kementerian Perhubungan. Tarif kereta api cepat ini bila nanti sudah beroperasi masih dibahas, tetapi diperkirakan sekitar Rp 200.000,00. (NAF)
Menurut Direktur Utama Kereta Cepat Indonesia-Cina, Hanggoro, Selasa (24/11/2015), proyek ini akan selesai dalam waktu tiga tahun sejak groundbreaking atau peletakan batu pertama pada triwulan kedua tahun 2016.
"Butuh tiga tahun untuk menyelesaikan pembangunannya. Makanya kita sangat mengharapkan dukungan gubernur (Jawa Barat). Karena tanpa dukungan gubernur ini akan sulit terlaksana," ungkapnya.
Ia bersyukur karena Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan sangat mendukung pembangunan megaproyek kereta api cepat ini. "Dengan demikian, pembangunan untuk koridor Jakarta-Bandung akan lebih berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat," katanya.
Untuk mengerjakan proyek ini, empat BUMN bergabung membentuk PT Pilar Sinergi BUMN. Keempatnya adalah PT Wijaya Karya, Tbk., PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Perkebunan Nusantara VIII, dan Jasa Marga. Konsorsium BUMN ini nantinya akan berkongsi lagi dengan perusahaan dari Tiongkok, China Railway Corporation Co.Ltd.
Investasi yang akan digelontorkan diperkirakan sekitar US$ 5,5 miliar. Dari jumlah berdasarkan hasil pra-feseability study (studi kelayakan), 75% ditanggung China Development Bank, sisanya 25% dari ekuitas konsorsium BUMN.
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum proyek besar ini dimulai. Antara lain membuat analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) yang ditargetkan selesai sebelum groundbreaking.
"Amdal sedang diproses di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, termasuk perda-perda terkait dengan Jabar dan DKI, sedang dalam proses persiapan," ungkap Hanggoro.
Setelah itu, proses yang harus ditempuh adalah meminta persetujuan trase koridor kepada Menteri Perhubungan atas rekomendasi gubernur.
"Trasenya dari Gedebage melalui lingkar selatan tol, sampai ke Padalarang, Walini, kemudian sepanjang tol ke arah Jatiluhur, Karawang, dan masuk ke pinggir tol menuju Halim. Sebagian besar memanfaatkan pinggir tol," jelasnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan mengatakan, proyek ini 90% berada di wilayah Jawa Barat, dan hanya 10% di DKI Jakarta. Karena itu, pihaknya sangat berkepentingan untuk mempercepat proyek ini, salah satunya dengan merekomendasikan trase yang akan dilalui kepada Kementerian Perhubungan. Tarif kereta api cepat ini bila nanti sudah beroperasi masih dibahas, tetapi diperkirakan sekitar Rp 200.000,00. (NAF)
--------
Baca info-info seputarbandungraya.com lainnya di GOOGLE NEWS