Indonesia akan menjadi negara yang bisa menyaksikan gerhana matahari total, Rabu (9/3/2016). Wilayah-wilayah di Tanah Air yang akan mengalami gerhana matahari total adalah Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Sementara di Pulau Jawa, khususnya di Bandung Raya, gerhana matahari yang akan terjadi dari pukul 06.30 WIB hingga pukul 09.00 WIB itu hanya 88,76 persen.
Kacamata Khusus
Meski demikian, masyarakat diimbau tidak menatap kejadian langka ini tanpa kacamata khusus untuk mencegah akibat buruk dari paparan sinar matahari pada mata. Menurut Kepala Observatorium Bosccha, Mahesa Putra, Senin (7/3/2016), menatap matahari langsung dalam jangka waktu lama saat peristiwa alam ini terjadi bisa menyebabkan kebutaan. Bahkan walaupun memakai kacamata hitam biasa yang dijual bebas, masyarakat tidak diperkenankan melihat gerhana matahari.
Observatorium Bosscha Lembang telah menyiapkan 100 kacamata khusus untuk masyarakat yang datang untuk menyaksikan gerhana matahari Rabu nanti. Seratus kacamata ini merupakan bagian dari seribu kacamata buatan Bosscha. Namun kacamata lainnya telah disebarkan ke beberapa daerah di Indonesia. Oleh karena itu, pengunjung harus bergantian menggunakan kacamata ini saat gerhana terjadi. Pengamatan gerhana di Bosscha akan dipimpin salah seorang peneliti, Evan Irawan.
Selain tahun ini, Indonesia pernah mengalami gerhana matahari total pada 11 Juni 1983. Kota-kota seperti Semarang, Yogyakarta, Solo, Kudus, Madiun, Kediri, Surabaya, Makassar, Kendari, Papua, saat itu gelap gulita laksana malam selama 5 menit 11 detik pada pukul 11.00 WIB. Saat itu, beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Inggris mengirimkan penelitinya untuk mengamati fenomena alam ini.
Pengamatan di Berbagai Daerah
Seperti tahun 1983 lalu, Indonesia pun sibuk mempersiapkan diri menyambut "tamu" langka ini. Antara lain berupa koordinasi antara lembaga untuk kepentingan penelitian, informasi kepada masyarakat menghadapi fenomena alam ini, dan izin kepada para ilmuwan luar negeri yang hendak menyaksikan gerhana matahari di Indonesia. Lembaga-lembaga di Indonesia yang berkepentingan dalam hal ini adalah Kementerian Riset, Teknologi, dan pendidikan Tinggi, Kementerian Komunikasi dan Informasi, Institut Teknologi Bandung, dan Observatorium Bosscha. Khusus Observatorium Bosscha Bandung, telah mengirimkan sejumlah penelitinya untuk melakukan pengamatan di beberapa daerah.
Bahkan, Presiden Jokowi sempat dikabarkan menjadwalkan untuk menyaksikan gerhana matahari total ini di Tanjung Kelayang, Kabupaten Belitung. Meski demikian, kehadiran orang nomor satu Indonesia ini di Belitung belum bisa dipastikan karena Jokowi tengah sibuk dengan dengan Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam (KTT OKI).
Masyarakat Bandung sendiri cukup antusias untuk menyaksikan fenomena alam ini. Antara lain dengan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk melihat gerhana matahari nanti. Dan yang pasti, umat Islam sudah mempersiapkan diri untuk melakukan takbir dan salat kusuf di masjid-masjid.
Kacamata Khusus
Meski demikian, masyarakat diimbau tidak menatap kejadian langka ini tanpa kacamata khusus untuk mencegah akibat buruk dari paparan sinar matahari pada mata. Menurut Kepala Observatorium Bosccha, Mahesa Putra, Senin (7/3/2016), menatap matahari langsung dalam jangka waktu lama saat peristiwa alam ini terjadi bisa menyebabkan kebutaan. Bahkan walaupun memakai kacamata hitam biasa yang dijual bebas, masyarakat tidak diperkenankan melihat gerhana matahari.
Observatorium Bosscha Lembang telah menyiapkan 100 kacamata khusus untuk masyarakat yang datang untuk menyaksikan gerhana matahari Rabu nanti. Seratus kacamata ini merupakan bagian dari seribu kacamata buatan Bosscha. Namun kacamata lainnya telah disebarkan ke beberapa daerah di Indonesia. Oleh karena itu, pengunjung harus bergantian menggunakan kacamata ini saat gerhana terjadi. Pengamatan gerhana di Bosscha akan dipimpin salah seorang peneliti, Evan Irawan.
Selain tahun ini, Indonesia pernah mengalami gerhana matahari total pada 11 Juni 1983. Kota-kota seperti Semarang, Yogyakarta, Solo, Kudus, Madiun, Kediri, Surabaya, Makassar, Kendari, Papua, saat itu gelap gulita laksana malam selama 5 menit 11 detik pada pukul 11.00 WIB. Saat itu, beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Inggris mengirimkan penelitinya untuk mengamati fenomena alam ini.
Pengamatan di Berbagai Daerah
Seperti tahun 1983 lalu, Indonesia pun sibuk mempersiapkan diri menyambut "tamu" langka ini. Antara lain berupa koordinasi antara lembaga untuk kepentingan penelitian, informasi kepada masyarakat menghadapi fenomena alam ini, dan izin kepada para ilmuwan luar negeri yang hendak menyaksikan gerhana matahari di Indonesia. Lembaga-lembaga di Indonesia yang berkepentingan dalam hal ini adalah Kementerian Riset, Teknologi, dan pendidikan Tinggi, Kementerian Komunikasi dan Informasi, Institut Teknologi Bandung, dan Observatorium Bosscha. Khusus Observatorium Bosscha Bandung, telah mengirimkan sejumlah penelitinya untuk melakukan pengamatan di beberapa daerah.
Bahkan, Presiden Jokowi sempat dikabarkan menjadwalkan untuk menyaksikan gerhana matahari total ini di Tanjung Kelayang, Kabupaten Belitung. Meski demikian, kehadiran orang nomor satu Indonesia ini di Belitung belum bisa dipastikan karena Jokowi tengah sibuk dengan dengan Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam (KTT OKI).
Masyarakat Bandung sendiri cukup antusias untuk menyaksikan fenomena alam ini. Antara lain dengan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk melihat gerhana matahari nanti. Dan yang pasti, umat Islam sudah mempersiapkan diri untuk melakukan takbir dan salat kusuf di masjid-masjid.
--------
Baca info-info seputarbandungraya.com lainnya di GOOGLE NEWS