Seperti biasa, mobil dan motor bermacet-macet ria hingga ke arah Terusan Buah. Tak jarang, kemacetan susah diurai karena banyaknya kendaraan yang mengular dari arah keluar tol Buah Batu hingga pertigaan Bojongsoang dan arah sebaliknya.
Namun, dari pertigaan hingga ke arah gerbang Telkom University pun rekor pakai motor ditempuh setengah jam lebih. Jika normal, 5 menit pun lancar jaya. Inilah wajah baru Jln. Raya Bojongsoang dimana pembangunan bergeser juga ke daerah ini.
Ada hal positif dimana pembangunan dan potensi bisnis mulai diperhitungkan di daerah ini. Kini di dekat jembatan tol Buah Batu akan berdiri area Transmart plus fasilitas publik lainnya yang dipastikan bakal lebih memperparah kemaceten, apalagi di jam-jam sibuk.
Permasalahan lalu lintas di kawasan Jln. Bojongsoang pastinya bakal menjadi bom waktu. Sejatinya pembangunan sarana publik, baik itu kawasan pertokoan maupun perumahan, sepatutnya mempertimbangkan juga pengaruhnya pada kepadatan dan arus lalu lintas. Kendaraan yang keluar-masuk pertokoan, perumahan, atau kawasan kampus kadang jadi biang kerok tersendatnya arus lalu lintas.
Arah Masuk Telkom University
Sudah bukan hal aneh jika Jalan Raya Bojongsoang kerap menjadi lintasan pengendara yang biasa sibuk pada pagi dan sore hari. Aktivitas ekonomi dan tentunya mereka yang bekerja di Kota Bandung menjadikan jalan ini sebagai rute utama. Tak aneh jika jalan raya yang mulus ini kerap macet. Apalagi dengan semakin banyaknya kawasan perumahan yang dibangun di sini juga tempat-tempat usaha baru.
Di bahu jalan biasa jadi tempat parkir dan ditambah dengan aktivitas kendaraan yang keluar masuk Telkom University. Kendaraan yang lewat biasa "tercegat" dulu dengan kendaraan yang hilir mudik keluar-masuk kampus di kawasan Sukabirus ini.
Sebetulnya untuk masuk ke kawasan Kampus Telkom University ada jalan alternatif lewat Jln. Mengger-Sukaati. Namun, sempitnya jalan alternatif ini menjadi alasan sendiri dimana pengendara, khususnya mobil, malas lewat jalan ini. Karena jika kendaraan penuh, kemacetan di jalan ini lebih para dibanding di Jalan Raya Bojongsoang sendiri.
Banjir Bandung Selatan Memperparah Kemacetan
Yang lebih parah, "tradisi" banjir yang kerap melanda Bandung selatan di musim penghujan. Inilah yang biasa bikin kendaraan jadi tak bergerak sama sekali. Banjir di Cigebar (jembatan Citarum) atau banjir di wilayah Dayeuhkolot menjadikan Jln. Raya Bojongsoang kena imbasnya. Tak heran berapa duit yang terhamburkan dari bahan bakar minyak (BBM) yang menguap begitu saja saking lamanya terjebak macet. Jika Anda yang tinggal di Baleendah, Banjaran, Ciparay, dan sekitarnya yang biasa melintasi Jln. Raya Bojongsoang tentu pernah merasakan bagaimana bikin rudet-nya jika macet saat musim banjir.
Kini, kawasan Bojongsoang terlihat sudah mulai jadi incaran para investor dan pengembang. Hanya berjarak beberapa meter dari batas Kota Bandung (Jembatan Tol Buah Batu) sudah dibangun Transmart. Maka, sekarang pun kemacetan tambah para di Bojongsoang. Antrean kendaraan bisa mengular dari Terusan Buah Batu hingga mendekati arah Simpang Siliwangi baleendah.
Saya tidak bermaksud menyalahkan siapapun. Justru dengan adanya tulisan ini semoga bisa menjadi ajang masukan buat solusi permasalahan lalu lintas di Jln. Raya Bojongsoang. Terutama bagi pihak pemerintah terkait juga para pengusaha yang jorjoran membangun perumahan atau sentra belanja di sini. Setiap pembangunan pasti ada imbasnya, salah satunya pergerakan lalu lintas. Jangan sampai asal bangun, tapi imbasnya pada masyarakat pengguna jalan tak dipedulikan. Kiranya perlu secepatnya dicarikan solusi agar arus lalu lintas ke Bojongsoang ini bisa genah, merenah, tur tumaninah.
Jangan sampai nanti masyarakat harus terus menyalahkan, seperti urusan banjir, yang ka luhur teu huluan ka handap teu buntutan. Hanya masalah tanpa solusi yang kerap menjadi "suguhan" tiap musim penghujan. Nah, ini jangan sampai terjadi pula pada urusan kemacetan yang kian numpuk karena pembangunan sentra bisnis. Maenya kudu nyalahkeun si Komo karena kemacetan yang terus terjadi di Jln. Raya Bojongsoang?
Atau kalau meminjam istilah dari cerita Kang Ibing mah: salahkeun wae tukang celep? Karena saking susahnya masyarakat mencari siapa/pihak mana yang harus bertanggung jawab dan segera menghadirkan solusi di balik kemacetan yang kerap terjadi tersebut. Masyarakat mah pasti sudah jenuh (atau apatis?) dengan masalah yang kitu-kitu wae di kawasan Bandung selatan.
Kiriman: Satya M - Netizen
(Tinggal di daerah Bojongsoang, Kab. Bandung)
--------
Baca info-info seputarbandungraya.com lainnya di GOOGLE NEWS