Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2018 Kota Bandung rupanya menyisakan ragam kekecewaan bagi para orang tua siswa. Secara umum, kekecewaan itu muncul karena adanya penerapan sistem zonasi 90% yang dirasa sangat tidak adil. Sistem zonasi sendiri telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 4 Tahun 2018 tentang PPDB, di mana siswa dengan jarak rumah yang tidak jauh dari sekolah mendapat prioritas untuk bisa masuk ke sekolah terdekat.
Rangkaian protes pun muncul dari para orang tua. Seperti pada Senin, 9 Juli 2018, puluhan orang tua siswa dari berbagai daerah mendatangi Kantor Dinas Pendidikan Kota Bandung memprotes pelaksanaan PPDB 2018. Aksi protes pun kembali digelar pada Selasa (10/7/2018).
Adalah sistem zonasi yang dianggap mereka kurang adil. Menurut mereka, beberapa anak tidak lolos karena sistem zonasi padahal nilai akademisnya bagus. Adapun tuntutan para orang tua tersebut, di antaranya: kuota PPDB 2018 harus ditambah; adanya evaluasi ulang penghitungan jarak atau donasi dievaluasi ulang; semua sekolah terima jalur akademik; survei zonasi juga harus melihat NEM; kuota siswa dari perbatasan ditambah 25%.; data asli harus diperlihatkan kepada publik; kuota yang masih kosong, harap ditambahkan.
Menyikapi reaksi dari sebagian orangtua siswa tersebut, Ridwan Kamil memberikan penjelasan di akun instagram pribadinya:
Untuk para orang tua siswa, PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). SD/SMP kewenangan kota/kab. SMA/SMK kewenangan Propinsi. Tahun ini peraturan PPDB memuat aturan pemerintah pusat, yaitu Peraturan Mendikbud no 14 tahun 2018 yang mewajibkan kebijakan zonasi (jarak sekolah ke domisili).
Dari 100 persen kursi sekolah, maka akan terbagi untuk mereka yg domisili dekat sekolah dan sebagian bagi mereka yang jauh dari sekolah dengan proporsional. Sebagian lagi untuk Siswa tidak mampu, sebagian untuk siswa prestasi olahraga. Jika siswa jauh dari sekolah dengan NEM dianggap tinggi dan tidak diterima, berarti jatah prosentasenya sudah terpakai oleh yang NEM lebih tinggi. Jangan dibandingkan dengan NEM yang lebih rendah tapi domisilinya dekat sekolah. Karena itu esensi aturan dari Pusatnya.
Jika ada pertanyaan atau kekurangpahaman silakan kontak bagian pengaduan PPDB Disdik Kota Bandung di nomor 0811-222-5239. Hatur Nuhun.
Postingan Walikota Bandung yang akan diangkat jadi Gubernur Jawa Barat tersebut menuai ragam komentar dari para netizen. Berikut di antaranya:
......
diens_java2:
Lihat dulu sekolahnya apakah sudah yakin sudah merata kualitas guru dan fasilitas nya ???niat baik harus di iringi dengan tindakan baik juga, dengan sistem zonasi pasti ada plus dan minusnya...silahkan pak @ridwankamil di evaluasi sistem zonasi nya haturnuhun.
jenk_enno:
Kang @ridwankamil saya trmasuk yg kecewa dg sistem zonasi, ponakan sy dengan nem 25.3 td masuk ke sekolah manapun baik jalur zonasi atau akademik, dan d daerah sy semua tdk ada yg masuk smp negeri karena jarak yg aman cm sekitar 500 meter dari sekolah, sedangkan sy rumah sekitar 2km dari sekolah, nah kalo spt itu bgaimana pak?? Apakah sekolah negeri hanya milik tetangga nya sekolahan itu apa kabar dengan yg seperti saya jauh dari sekolah negeri? Trpaksa harus masuk swasta dengan biaya yg tdk sedikit. Klo spt ini siapa yg byr ttp saja org tua bkn pemerintah. Byk yg mengeluhkan, byk yg sakit hati, klo seperti itu buat apa diadakan ujian toh ujung nya cm d lihat jarak. Boleh lah melihat zonasi tp seharusnya akademik jg dipertimbangkan, kalau dulu sistem nem lebih simple menurut sy. Tolong dong kang @ridwankamil dikaji lagi sistem zonasi ini sangat sangat tdk efektip, wasalam.
ei_arwenze:
Pak @ridwankamil kebijakan yg rasanyaa ga Adil buat kami yg daerah rmh kami gada jarak yg dekat dgn skolah.. Kenapa ga dibuat prosentase aja pa.. Brp persen dr sktm brp persen zonasi Dan brp persen Dr nem.. Kasian anak2 yg pny nilai yg baik ga bs masuk skolah negeri.
ninis_wiliyanti:
@ei_arwenze iya memang ga fair. Yg zona lbh dr sekilo mau kmn? Mmg msh byk kecurangan yg KK bodong, sogokan dll. Yawes kita mah apa mbak cm bs pasrah mdh2an thn dpn disesuaikan kebijakannya.
herliananna69:
Sistem.zonasi agar dapat sekolah yg terdekat tp nyatanya gaa keterima, NEM yg lumayan besar juga jadi percuma akhirnya malah ke sekolah swasta yg jaraknya jauh dan biayanya malah besar sekali, jd keadilan sistem zonasi sebelah mananya yach, sy selaku orang tua kecewa dan sedih banget.
ismanurrachmat:
Kecewa pak dengan peraturan ini, adik saya sudah berusaha lest belajar matimatian buat ngerjain UN biar nilainya bagus, pas nilai keluar alhamdulillah nemnya besar tapi pas ingin masuk ke smp impian di MTs N 2 bandung kenapa malah sebelah rumah yg nemnya kecil yang masuk tapi adik saya ga masuk padahal 1 wilayah dan rumah sebelahan. Kalau peraturannya seperti ini terus apa artinya UN? Semoga ppdb bandung bisa menjawab karna kasian yg sudah berusaha tapi hasilnya nihil.
anggi_teja:
@den_faizal ke mah mun rek nyakolakeun budak.. Sataun saacana pindah imah hla.. Knu skola nu rek d incer.. Omat.
sriepurwaty_dapurora:
Sedih banyak anak tetangga yg nilai NEM nya tinggi tp tidak bisa masuk SMP negeri karena SMP negeri yg terdekat dr rumah kami jaraknya 1,9 km. Kasian anak2 merasa kecewa sdh belajar dgn keras supaya dpt nilai bagus ternyata dikalahkan oleh jarak.
annarochmahmolidyana:
Bukan ngan saukur pemerataan pendidikan..! Tapi lihat dampaknya seperti apa.
rahman.saepul68:
Apapun sistem PPDB ini, ada baiknya sosialisasinya lebih gencar, dan dipublikasikan jauh2 hari sblumnya supaya pihak ortu lebih mempersiapkn diri. Paling tdk setahun sblmnya, kemendiknas sdh membuat juknis PPDB yg mudah diakses masyarakat. Juknis PPDB ini tiap thn slalu berubah. Sehingga kesan yg sy tangkap, bnyk ortu yg gagal faham dan terjebak dg sistem zonasi ini.
Selain dapat mengontak ke bagian pengaduan PPDB Disdik Kota Bandung, masyarakat pun bisa mengadu ke Ombudsman terkait pelaksanaan PPDB Kota Bandung 2018. Silakan mendatangi Kantor Ombudsman Perwakilan Provinsi Jawa Barat di Jln. Kebonwaru Utara, Kota Bandung telepon (022) 7103733/WhatsApp 0877 1793 0058 atau melalui surel ke alamat email pengaduan.ombudsmanjabar@gmail.com atau jabar@ombudsman.go.id.
--------
Baca info-info seputarbandungraya.com lainnya di GOOGLE NEWS