Cileunyi Wetan adalah desa yang terletak paling timur di Kab. Bandung, berbatasan langsung dengan Kab. Sumedang. Cileunyi dulunya masuk ke Kecamatan Ujungberung dan kemudian menjadi kecamatan sendiri. Dimana cirinya di kawasan Cibeusi ada gapura dekat sungai dimana lebih ke arah timur masuk kawasan Jatinangor. Penulis hanya ingin mulangkeun panineungan alias bernostalgia era Cileunyi Wetan tahun 1980-1990an. Dan isi tulisan ini hanyalah dari pengalaman dan pengamatan, jadi lebih bersifat subjektif.
Kenangan Terminal Cileunyi dan Pertigaan
Bila bicara Cileunyi Wetan, area yang jadi ikon tentunya Terminal Cileunyi. Terminal ini sekarang terlihat terbengkalai. Padahal dulu tahun 1980-1990an pernah jadi titik keramaian dan sentra ekonomi masyarakat. Apalagi lokasi terminal ini dekat dengan keluar tol Cileunyi dan Pasar Cileunyi (sekarang jadi Pasar Sehat Cileunyi). Terminal yang ada di dekat pertigaan ini, pas dari sebelah barat ada tugu jam warna putih. Namun entah kenapa tugu jam ini kayaknya belum selesai-selesai dari era 80an.
Yang penulis masih ingat, di pertigaan yang ada tugu jam tersebut konon katanya dulu di bawahnya ada senjata bekas peninggalan Belanda yang ditimbun. Entah benar atau tidak cerita dari mulut ke mulut tersebut. Kembali ke Terminal Cileunyi, dulu pernah jadi terminal bus-bus besar yang menuju ke arah timur.
Dulu, di terminal ini biasa ramai 24 jam, baik oleh calon penumpang, pedagang, hingga tukang asongan. Buat sholat, di dekat terminal ini ada masjid Nurul Hasan dan Masjid At-Tajudin. Di sekeliling terminal banyak warung-warung. Juga kendaraan-kendaraan yang masuk ke terminal biasa diatur oleh pengelola di menara sebelah barat dengan ciri khas perintah-perintah dari speaker TOA. Dan persis di depan bangunan pengatur terminal tersebut ada telepon umum koin. Sementara warung telekomunikasi alias wartel yang pertama di Cileunyi ada di dekat tanjakan masuk ke GOR/Desa Cileunyi.
Sementara bila malam hari, banyak pedagang yang berjualan. Beberapa diantara yang jadi jadi favorit penulis adalah tukang gorengan yang ada di sebelah utara dekat pintu keluar (seberang GOR Cileunyi). Juga ada tukang martabak. Dan bila pagi hari tukang nasi kuning yang biasa dikerubuti pembeli buat sarapan para penghuni terminal. Terminal ini pun kerap dijadikan tempat event, yang penulis ingat pernah mengisi panggung di sini Kang Ibing dkk serta penceramah sejuta umat Zainuddin MZ.
Mata Air Cileunyi
Ini yang penulis masih ingat dan juga katanya asal muasal Cileunyi yang berasal dari kata "Cai" dan "Lunyu" alias 'air jernih". Dulu masih ada sumber mata air yang ada di sebelah utara terminal, persisnya di bawah Puskesmas/Kantor Desa atau GOR Cileunyi. Airnya jernih banget dan biasa digunakan para penduduk hingga calon penumpang yang lagi nunggu bus ke arah timur. Bahkan, anak-anak SD Cileunyi tak jarang basah-basahan di sumber mata air tersebut.
Sayangnya, kalau tidak salah menjelang tahun 1990an, mata air tersebut ditutup dan dijadikan rumah/toko. Mata air tersebut keluar dari sela-sela akar pohon beringin yang kadang dianggap angker oleh penduduk. Memang, di dekat mata air tersebut tak jarang terjadi kecelakaan lalu lintas, dari tabrakan hingga tertabrak. Entah ada hubungannya atau tidak, atau memang kontur jalannya waktu itu yang jauh dari nyaman dibanding sekarang.
Satu lagi mata air yang ada di Cileunyi yang penulis ketahui ada di seberang dekat mata air kesatu tersebut yakni di depan toko besi (kalau gak salah TB Resik). Sayang sekarang pun mata air tersebut sudah ditutup beton. Penulis pernah mendapat cerita juga dari para sesepuh di sana waktu kecil, konon mata air juga pernah ada di tengah jalan di depan Pondok Pesantren Bustanul Wildan (pas turunan), dan sebetulnya inilah asal muasal nama Cileunyi dari mata air yang ada di sini.
Tol Panci
Tol apa itu? Percayalah dulu nama tol yang membentang dari Padalarang ke Cileunyi itu bukan Padaleunyi, tapi "Panci" yang punya arti singkatan sama namun kemudian diubah. Kalau gak salah dibangunnya jalan tol ini mulai tahun 1987an. Dan ini jadi hal baru bagi warga Cileunyi sendiri dimana pembangunannya yang melibatkan alat modern dan melibatkan banyak pekerja. Nah, bila bulan Ramadhan, ngabuburit sambil lihat para pekerja sedang membangun jalan tol itu mengasyikkan, dimana bisa lihat bekho dan stoom walls.
Penulis masih ingat, saat pembangunan tol paling timur di Cileunyi ini membebaskan lahan sawah di dekat Cibeusi. Dan era 90an, jalan tol ini diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto. Oh, ya dulu di dekat keluar tol Cileunyi tepatnya pas mau belok ke arah Cipacing ada kebun vanili dan persawahan (sekarang jadi bangunan kampus kesehatan).
Bangunan lain yang terkenal di Cileunyi ini ada pabrik Uprindo yang menggarap produk kulit. Baunya itu lho kalau lagi produksi. Lokasinya kalau gak salah sekitaran SPBE sebelum belok ke jalan/gerbang tol Cileunyi.
Dan yang kini jadi bangunan Rumah Sakit AMC dulunya areal persawahan hingga ke kawasan Andir. Penulis sempat merasakan ngurek belut atau mencari ikan impun kawasan yang kini sudah penuh jadi permukiman tersebut.
Pesantren di Cileunyi
Bicara Cileunyi tak lengkap jika gak membahas pesantren. Salah satu yang terkenal adalah Pesantren Sindangsari Al-Jawami. Pesantren ini waktu itu dipimpin oleh KH Totoh Abdul Fatah Ghazali. Sosok kharismatik ini adalah seorang ulama besar di Jawa Barat dimana pernah menjabat Ketua MUI Provinsi Jawa Barat, Anggota MPR RI FKP (1992-1999).
Penulis masih ingat bila dulu di Al-Jawami rutin dikunjungi oleh para pejabat negara, dari Wakil Presiden Soedharmono, Menteri Penerangan Harmoko, dan menteri-menteri era Kabinet Pembangunan era Soeharto. Da'i kondang Zainuddin MZ pun pernah ceramah di area madrasah di sebelah timut masjid Al-Jawami. Di dekat pesantren Al-Jawami pun ada area pemakaman yang terhitung luas. Satu lagi di sini biasanya ada acara pengajian kamisan dimana selain ibu-ibu yang ikut pengajian, ada pasar kaget di sepanjang jalan ke pesantren Al-Jawami.
Satu lagi pesantren yang tak jauh dari Al-Jawami yang lokasinyi di pinggir jalan sebelum jalan tol ada Pondok Pesantren Bustanul Wildan. Dulu pesantren ini dikenal dengan sebutan "Pesantren Tanjakansari". Ponpes ini kondang karena didirikan sejak 1949 oleh KH. Taju’ Subki. Letaknya di Jl. Tanjakansari No. 24 Cileunyi, Kabupaten Bandung Jawa Barat. Menurut info, sedikitnya ada 500 santri putra-putri dari pelosok Nusantara.
Menariknya, Ponpes yang masih berpegang teguh pada pola pendidikan pesantren Salafiah, masih berdiri dengan baik di zaman milenial. Kini tampuk pimpinannya, dipegang oleh tokoh kharismatik KH Agus Mastur Gufron untuk asrama putri dan asrama pria dipimpin KH Yazid Bustomi. **(AA)
--------
Baca info-info seputarbandungraya.com lainnya di GOOGLE NEWS